JENIS-JENIS BANK DAN SEJARAH BANK
BERDASARKAN KEPEMILIKAN
JENIS-JENIS BANK
·
BANK
MILIK PEMERINTAH
Bank
pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh
pemerintahan Indonesia.
·
BANK
SWASTA NASIONAL
Bank
swasta nasional adalah bank dimana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta.
·
BANK
SWASTA ASING
Bank swasta asing
adalah bank yang semua kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing (luar negeri)
di indonesia. Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri,
baik milik swasta asing atau pemerintah asing.
·
BANK KOPERASI
Bank koperasi adalah
bank yang semua kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang
berbadan hukum koperasi.
·
BANK CAMPURAN
Bank
campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum
yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh WNI (dan atau badan hukum
indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh WNI), dengan satu atau lebih bank yang
berkedudukan diluar negri.
·
BANK
PEMBANGUNAN DAERAH
Bank pembangunan daerah adalah bank yang sebagian atau seluruh
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Provinsi.
SEJARAH
BANK BERDASARKAN KEPEMILIKANNYA
·
BANK
MILIK PEMERINTAH
1. BANK
BRI (BANK RAKYAT INDONESIA)
Pendiri :
Raden Bei Aria Wirjaatmadja
Didirikan :
Purwokerto, Hindia Belanda (16 Desember 1895)
Kantor pusat :
Jakarta, Indonesia
PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BRI atau Bank BRI) adalah salah satu bank
milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia
(BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja
dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden[1] atau
"Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu
lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi).
Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan
sebagai hari kelahiran BRI.
Pada
periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun
1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di
Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun
1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif
kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi
Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960
dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari
BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian
berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan
ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan
Nelayan.
Setelah
berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang
pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan
baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN)
diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural,
sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Sejak 1
Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan
Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas.
Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia.
Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank
ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
2. BANK BNI (BANK
NEGARA INDONESIA)
Pendiri :
Margono Djojohadikusumo
Didirikan :
5 Juli 1946
Kantor pusat :
Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Papua Nugini, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Hong Kong, Britania Raya
BNI menjadi Bank pertama milik negara yang lahir setelah kemerdekaan Indonesia. Pada
awalnya BNI sempat berfungsi sebagai Bank Sentral dan Bank Umum sebagimana
tertulis dalam Peraturan Pemerintah pengganti UU No.2 tahun1946, sebelum
akhirnya beroprasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955. Oeang Republik
Indonesia atau ORI sebagai alat pembayaran pertama yang dikeluarkan pemerintah
Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara
Indonesia.
Pemerintah membatasi peranan BNI sebagai bank sentral. BNI lalu
ditetapkan sebagai Bank Pembangunan dan diberikan hak untuk bertindak sebagai
Bank Devisa pada tahun 1950 dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Kantor cabang BNI pertama di luar negeri dibuka di Singapura pada tahun 1955.
BNI juga memiliki berbagai layanan dalam rangka memperbaiki krisis
ekonomi pada saat itu dengan membuat berbagai layanan seperti Bank Terapung,
Bank Keliling, Bank Bocah dan Bank Sarinah. Sesuai dengan UU No. 7 tahun 1968
sebagai Bank Umum dengan nama Bank Negara Indonesia.
Mengenai logo pertama kali BNI berupa lingkaran warna merah
bertulisan BNI 1946 berwarna emas melambangkan persatuan, keberanian,
patriotisme yang mencerminkan semangat BNI sebagai bank perjuangan. Pada tahun
1988, identitas korporat berubah menjadi logo layar kapal dan gelombang untuk
mempresensikan posisi BNI sebagai Bank Pemerintah Indonesia yang siap memasuki
pasar keuangan dunia dengan memilik kantor cabang diluar negeri. Gelombang
mencerminkan gerak maju BNI yang dinamis sebagai Bank Komersial Negara yang
berorientasi di pasar nasional maupun internasional.
Melalui bursa efek Jakarta dan bursa efek Surabaya tahun 1996 BNI
menjual saham perdananya dan menjadi bank pertama yang go-publik. Sehingga BNI
menerbitkan saham baru pada tahun 2007 dan 2010 melalui penawaran umum terbatas
dengan memperluas komposisi kepemilikan saham publik menjadi 40% dengan
meningkatnya kepemilikan publik.
3. BANK MANDIRI
Pendiri :
Pemerintah Indonesia
Didirikan :
2 Oktober 1998
Pada bulan Juli 1999
empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor
Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi satu yang
bernama Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang
tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Bank Mandiri
melakukan penawaran saham perdana pada 14 Juli 2003 sebesar 20% atau ekuivalen
dengan 4 miliar lembar saham.
Sampai dengan saat
ini Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan
kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
4. BANK BTN (BANK
TABUNGAN NEGARA)
Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk (Bank BTN) (BBTN) didirikan 09 Februari 1950 dengan nama “Bank Tabungan Pos”. Kantor pusat Bank
BTN berlokasi di Jalan Gajah Mada No. 1, Jakarta Pusat 10130 – Indonesia. Saat
ini, BBTN memiliki 87 kantor cabang (termasuk 22 kantor cabang syariah), 244
cabang pembantu (termasuk 21 kantor cabang pembantu syariah), 486 kantor kas
(termasuk 7 kantor kas syariah), dan 2.951 SOPP (System on-line Payment
Point/Kantor Pos on-line).
Pemegang saham yang
memiliki 5% atau lebih saham Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk adalah Negara
Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 60,04%. Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Bank BTN adalah menjalankan
kegiatan umum perbankan, termasuk melakukan kegiatan Bank berdasarkan prinsip
syariah. Bank BTN mulai melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah sejak 14
Februari 2005.
Pada tanggal 08
Desember 2009, BBTN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBTN (IPO) Seri B kepada masyarakat
sebanyak 2.360.057.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga
penawaran Rp800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Desember 2009.
Pada Bank BTN
terdapat 1 lembar Saham Seri A Dwiwarna yang dipegang Pemerintah Negara
Republik Indonesia. Pemegang saham seri A memperoleh hak khusus untuk
mengajukan calon Dewan Komisaris dan Direksi sebagai tambahan atas hak yang
diperoleh pemegang saham seri B.
·
BANK SWASTA NASIONAL
1. BANK BUMI PUTERA
Bank ini pertama
kali didirikan sejak tanggal 12 Januari 1990 oleh AJB Bumiputera 1912. AJB Bumiputera
1912 sendiri merupakan salah satu perusahaan asuransi tertua di Indonesia.
Pertama kali muncul dengan nama Bank Bumiputera, penyedia jasa perbankan ini
telah memiliki berbagai pengalaman dengan segala kondisi keuangan yang ada di
Indonesia. Dengan ini bank membuktikan kesolidannya dalam menekuni bisnis
keuangan. Hal ini terlihat saat era krisis moneter melanda nasional pada tahun
1990-an, bank mampu bertahan menjadi bank dengan kategori A dengan tanpa adanya
rekapitulasi.
Perkembangan bank
ini semakin pesat seiring dengan perubahan status bank menjadi bank terbuka
dengan melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia. Dengan hal ini
bank berhasil mencatatkan saham-nya untuk pertama kali pada tahun 2002 dengan
kode saham “BABP”. Dalam perkembangan
bank ini, perusahaan sering mengalami gonta-ganti pemilik saham. Pada era tahun
2004-2007, perusahaan berada di bawah kendali pemegang saham mayoritas kelompok
usaha yang telah beroperasi di lebih dari 14 negara yakni ICB Financial Group
Holdings (ICBFGH).
Pada tanggal 2 April
2013 yang lalu, saham perusahaan sebesar 30% telah diakuisisi oleh PT MNC
Kapital Indonesia Tbk. Dengan proses akuisisi ini diharapkan akan memberikan
kemudahan bagi Bank ICB Bumiputera sendiri untuk mencapai target kredit. Dalam
perkembangannya pada tahun 2012, Bank ICB Bumiputera telah berhasil mencatatkan
pendapatan bersih perusahaan sebesar Rp1,036 miliar yang telah naik mencapai
101% dibanding tahun sebelumnya. Demi memperkuat posisi perusahaan dalam
jajaran perusahaan investasi yang ter-integritas secara nasional, maka
dilakukan penandatanganan jual beli saham bersyarat (Conditional Sell and
Purchase Agreement). Perjanjian ini dilakukan antara PT MNC Kapital Indonesia
Tbk (BCAP) yang merupakan anak perusahaan dari salah satu kelompok usaha
terbesar di Indonesia yakni MNC Group dengan ICB Financial Group Holdings AG.
2. BANK BCA (BANK
CENTRAL ASIA)
PT Bank Central Asia
berawal dari sebuah usaha dagang bernama NV Knitting Factory di Semarang yang
didirikan pada tanggal 10 Agustus 1955, dengan akte notaris no 38, kongsi
dagang ini kemudian berkembang menjadi N.V Bank Central Asia, yang pertama kali
beroperasi di pusat perniagaan di jalan Asemka pada tanggal 21 Februari
1957. Pada tanggal 18 maret 1960 dikukuhkan menjadi PT. Bank Central Asia,
dimana berbentuk perseroan terbatas dengan modal awal sebesar Rp 600.000,- dan
bertujuan untuk melayani kebutuhan pendanaan bagi masyarakat pedagang kecil
yang saat itu sedang tumbuh di Jakarta.
Sejak pertengahan
tahun 1970-an, Bank Central Asia mulai berkembang pesat, pada tahun inilah
dapat dikatakan merupakan era cepat landas PT Bank Central Asia. Pada tahun
1974 misalnya, Bank Centrak Asia bersama-sama lembaga keuangan terkemuka dari
Jepang, Inggris, dan Hongkong mulai menjalin mendirikan lembaga keuangan bukan
Bank (LKBB) yang dinamakan PT Multi National Finance Coorporation (Multicor).
PT Bank Centra Asia menjadi pemegang saham terbesar di Multicor sebesar 51%
dari total saham.
Dengan kerja sama
yang dilakukan oleh Bank Central Asia dan disertai dengan pengelolaan yang
professional, sumber dana dan jangkauan PT Bank Central Asia menjadi luas
dengann asset yang cukup besar yaitu Rp 12,8 Milyar pada tahun 1977. PT
Bank Central Asia mulai menunjukkan diri sebagai bank yang menguasai pasar
perbankan. Bank Central Asia terus berkembang ke berbagai propinsi atau
daerah-daerah yang belum banyak dijangkau bank lain.
Tahun 1977 status
bank devisa diperoleh Bank Central Asia, sejak saat itu berbagai macam
transaksi valuta asing dan ekspor-impor dapat dilayani oleh PT Bank Central
Asia. Kondisi itu membuat PT Bank Central Asia masuk dalam bank swasta papan
atas dan terkemuka berstatus bank devisa.
Pada tahun 1981 PT
Bank Central Asia bersama-sama dengan Japan leasing corporation dan the long
term of Japan, Ltd mendirikan PT Central Sari Metropolitan Leasing, yaitu
perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan, dalam patungan ini PT Bank
Central Asia menguasai 30%-35% sahamnya.
Pada tahun 1986 PT
Bank Central Asia mulai membuka cabang di luar negeri, yang pertama adalah di
Nassau Bahamas kemudian yang kedua di China Town New York Amerika Serikat.
Menanggapi semakin banyaknya kebutuhan maka PT Bank Central Asia membuka cabang
ketiga di London Sebago Kantor perwakilan.
Perkembangan
selanjutnya pada tahun 1988 PT Bank Central Asia mendapatkan ijin untuk
mengeluarkan Bank Central Asia Visa Travellers Cheques. Selain itu melalui
kerja sama dengan The Long Term Credit Bank of Japan,Ltd, mendirikan LTCB
Central Asia, dengan komposisi kepemilikan saham 15% dimiliki Bank Central Asia
dan 85% sisanya milik mitra kerja sama dari Jepang. Bank ini didirikan untuk
memberikan pinjaman jangka panjang pada sektor industri yang berorientasi pada
ekspor non migas. Memasuki tahun 1992 merupakan era konsolidasi bagi Bank Central
Asia, Peningkatan kualitas pelayanan semakin diupayakan untuk lebih memenuhi
kebutuhan nasabah, terbukti dengan asset Bank Central Asia pada akhir desember
1992 telah mencapai Rp 41,1 Triliun dengan jumlah jaringan kantor cabang
sebanyak 439 kantor cabang dalam negeri dan 7 kantor cabang luar negeri.
Berkaitan dengan
kebijakan perbankan pada tanggal 27 Oktober 1988 yang memberikan keleluasaan
bagi bank-bank swasta nasional, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Asing untuk
memberikan atau membuka kantor-kantor baru atau kantor cabang baru.
3. BANK DANAMON
Danamon didirikan
pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut
kemudian diubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon
menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Jakarta.
Sebagai akibat dari
krisis keuangan Asia di tahun 1998, pengelolaan Danamon dialihkan di bawah
pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai BTO (Bank Taken
Over). Di tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN, melakukan
rekapitalisasi sebesar Rp32,2 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah. Sebagai
bagian dari program restrukturisasi, di tahun yang sama PT Bank PDFCI, sebuah
BTO yang lain, dilebur menjadi bagian dari Danamon. Kemudian di tahun 2000,
delapan BTO lainnya (Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank
Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank
International dan PT Bank Risjad Salim Internasional) dilebur ke dalam Danamon.
Sebagai bagian dari paket merger tersebut, Danamon menerima program
rekapitalisasinya yang kedua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar
Rp28,9 triliun. Sebagai surviving entity, Danamon bangkit menjadi salah satu
bank swasta terbesar di Indonesia.
Selanjutnya, Danamon
terus melakukan upaya restrukturisasi yang mencakup aspek manajemen, karyawan,
organisasi, sistem, dan identitas perusahaan. Upaya tersebut berhasil
meletakkan landasan dan insfrastruktur yang baru guna mendukung pertumbuhan
berdasarkan prinsip transparansi, tanggung jawab, integritas dan
profesionalisme.
Di tahun 2003, Asia
Financial (Indonesia) Pte. Ltd mengakuisisi Danamon, melalui konsorsium
Fullerton Financial Holdings, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh
Temasek Holdings, dan Deutsche Bank AG yang merupakan pemegang saham
pengendali. Setelah melakukan evaluasi menyeluruh di bawah manajemen yang baru,
visi baru diluncurkan dan strategi baru dikembangkan dengan model bisnis
spesifik untuk masing-masing segmen pasar. Sejalan dengan arahnya yang baru,
pada tahun 2004 Danamon meluncurkan inisiatif Danamon Simpan Pinjam-nya, yang
merupakan bisnis perbankan mikro, serta melakukan diversifikasi ke bidang
kredit konsumer melalui akuisisi Adira Finance, salah satu perusahaan
pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia. Inisiatif tersebut diikuti dengan
perluasan jaringan Danamon Simpan Pinjam di tahun 2005 serta akuisisi bisnis
American Express di Indonesia di tahun 2006 yang menempatkan Danamon sebagai
salah satu penerbit kartu terbesar di Indonesia.
Kini, Danamon
merupakan salah satu institusi finansial yang terbesar di Indonesia. Didukung
oleh lebih dari 50 tahun pengalaman, Danamon terus berupaya menjadi bank yang “Bisa mewujudkan
setiap keinginan nasabah” sesuai dengan brand promise-nya. Per
Desember 2009 Danamon merupakan bank keenam terbesar di Indonesia dalam hal
jumlah aset, keempat terbesar dalam jumlah kapitalisasi pasar serta memiliki
jaringan cabang kedua terbesar, yaitu hampir 1.900 kantor cabang dan pusat
pelayanan.
4. BANK LIPPO
Lippo bank dulunya
merupakan bank terbesar ke-9 di Indonesia berdasarkan jumlah aset yang
dimilikinya. Bank yang berdiri pada tahun 1948 ini dipimpin oleh Mochtar
Riady bersamaan engan Lippo Group. Pemerintah Indonesia menjual sahamnya
di Bank Lippo demi mengurangi defisit budget pemerintah akibat
krisis keuangan 1997 di Asia. Swissasia global membeli 52,1 persen saham dari Bank
Lippo pada Februari 2004 dari Indonesian Bank Restructuring Agency seharga $142
juta. Badan inilah yang mengambil alih Bank Lippo dari pemilik sebelumnya,
keluarga Riady, setelah pemerintah menyuntikkan dana ke pemberi pinjaman pada
tahun 1999 untuk meningkatkan modal. Keluarga Riady masih memegang saham
minoritas dan memiliki hak kendali.
Pada tanggal 26
Agustus 2005, pemegang saham bank dan Bank Indonesia menyetujui penjualan saham
pengendali 52,05% yang dimiliki oleh Swissasia Global pada Santubong Investment
BV yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Khazanah Nasional Berhad. Penjualan
mulai berlaku pada tanggal 30 September pada tahun yang sama. Karena Khazanah,
memiliki saham sebanyak 93 persen di Lippo Bank melalui Santubong Investment BV
dan Greatville Pte. Ltd, dan juga memiliki 64 persen dari Bank CIMB Niaga
melalui Bumiputra-Commerce Holdings, Bank Niaga dan Lippo Bank harus digabung
untuk mematuhi "single presence policy". Pada tanggal 1 November
2008, Lippo Bank resmi bergabung dengan Bank CIMB Niaga dan dikenal sebagai PT
Bank CIMB Niaga Tbk dan menjadi anak perusahaan Indonesia dari CIMB Group.
Dengan bergabungnya
LippoBank ke dalam Bank CIMB Niaga, Bank CIMB Niaga kini menawarkan nasabahnya
layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan kekuatan
di bidang perbankan ritel, UKM dan korporat dan juga layanan transaksi
pembayaran. Penggabungan ini menjadikan Bank CIMB Niaga menjadi bank terbesar
ke-5 dari sisi aset, pendanaan, kredit dan luasnya jaringan cabang.
5. BANK MEGA
Berawal dari sebuah
usaha milik keluarga bernama PT. Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 dan
berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi PT.
Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor Pusat ke Jakarta.
Seiring dengan
perkembangannya PT. Mega Bank pada tahun 1996 diambil alih olehPARA
GROUP (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama)sebuah
holding company milik pengusaha nasional - Chairul Tanjung. Selanjutnya PARA
GROUP berubah nama menjadi CT Corpora.
Untuk lebih
meningkatkan citra PT. Mega Bank, pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo
Bank Mega berupa tulisan huruf M warna biru kuning dengan tujuan bahwa sebagai
lembaga keuangan kepercayaan masyarakat, akan lebih mudah dikenal melalui logo
perusahaan yang baru tersebut. Dan pada tahun 2000 dilakukan perubahan nama
dari PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega.
Dalam rangka
memperkuat struktur permodalan maka pada tahun yang sama PT. Bank Mega
melaksanakan Initial Public Offering dan listed di BEJ
maupun BES. Dengan demikian sebagian saham PT. Bank Mega dimiliki oleh publik
dan berubah namanya menjadi PT. Bank Mega Tbk.
Pada saat krisis
ekonomi, Bank Mega mencuat sebagai salah satu bank yang tidak terpengaruh oleh
krisis dan tumbuh terus tanpa bantuan pemerintah bersama-sama dengan Citibank,
Deutche Bank dan HSBC.
PT. Bank Mega Tbk.
dengan semboyan "Mega Tujuan Anda"tumbuh dengan pesat dan
terkendali serta menjadi lembaga keuangan ternama yang mampu disejajarkan
dengan bank-bank terkemuka di Asia Pasifik dan telah mendapatkan berbagai
penghargaan dan prestasi baik di tingkat nasional, regional maupun
internasional. Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang
disandangnya, PT. Bank Mega Tbk. berpegang pada azas profesionalisme,
keterbukaan dan kehati-hatian dengan struktur permodalan yang kuat serta produk
dan fasilitas perbankan terkini.
Transformasi logo
baru Bank Mega dalam wujud yang baru menjadi cerminan semangat seluruh elemen
Bank Mega dalam mewujudkan cita-cita Indonesia. Transformasi logo baru Bank
Mega dilakukan tahun 2013, merupakan refleksi yang mendalam atas harapan Bank
Mega untuk berkiprah membangun Indonesia menjadi bangsa yang memiliki
keunggulan dan pantang menyerah sehingga selalu mampu mewujudkan kesejahteraan
dan kehidupan yang terus lebih baik.
Penegasan simbol
"M" yang selama ini sudah banyak dikenal, menjadi representasi dari
aspirasi, optimisme, peluang dan cita-cita masyarakat Indonesia serta keinginan
untuk membangun masa depan keluarga dan bangsa yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Rangkaian
warna-warna hangat melambangkan energi dan semangat Bank Mega, pemikiran yang
baru dan solusi finansial menyeluruh bagi nasabah serta insan Bank Mega. Guna
lebih mempertegas kami menyematkan warna kuning yang menggambarkan kecerdasan
dan harapan, dipadu dengan warna abu-abu yang menyimbolkan proses dan sistem
yang canggih. Warna oranye menggambarkan optimisme dan energisitas yang
menunjukkan bahwa Bank Mega selalu melihat dan melakukan sesuatu secara positif
dan dengan demikian selalu berjuang mendapatkan hasil yang positif pula.
6. BANK MUAMALAT
PT. Bank Muamalat,
Tbk. Didirikan pada tahun 1412H atau tahun 1991 diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia. Dan melalui kegiatan operasinya pada
tanggal 27 syawal 1412H atau tanggal 1 Mei 1992, dengan dukungan eksponen Ikatan
Cendikiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian
Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari dokumen
pendirian sahan perseroan senilai Rp. 84 Milyar pada saat penandatanganan akta
Pendirian perseroan. Selanjutnya pada acara silaturahmi pendirian di Istana
Bogor diperoleh tambahan komitmen dan masyarakat Jawa Barat yang turut menanam
modal senilai Rp. 106 Milyar.
Pada tanggal 27
Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan Bank Muamalat berhasil menyandang
predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi
perseroan sebagai Bank Syariah pertama dan terkemuka di Indonesia denga beragam
jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia
silanda krisis moneter yang memporak porandakan sebagaian besar perekonomian
Asia Tenggara. Sektor perbankkan nasional tergulung oleh kredit Macet disekmen
korporasi, Bank Muamalatpun terimbas danpak krisis. Di tahun 1998 rasio
pembayaran macet (NPF) mencapai lebih dari 60%, perseroan mencatat rugi sebesar
Rp. 105 Milyar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3 Milyar,
kurang sepertiga modal setor awal.
Pada akhir tahun
90an. Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar
perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit
macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun
1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat
rugi sebesar Rp. 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu RP. 39,3
miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya
memperkuat permodalannya, BankMuamalat mencari pemodal yang potensial dan
ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan
di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 1 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi
salah satu pemegang saham Bank Muamalat oleh karenanya kurun waktu antara tahun
1999 dan 2002 merupakan masa – masa yang penuh
tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut
Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya
dan dedikasi setiap kru Muamalat. Ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat,
strategi pengembangan usaha yang tepat serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni.
7. BANK NIAGA
Berdiri pada tahun
1955. Tepatnya, Bank ini didirikan pada 26 September 1955 dengan
nama awal Bank Niaga. Tujuan awal didirikannya Bank Niaga adalah untuk
membangun nilai-nilai dan profesionalisme khususnya di bidang perbankan. Dengan bergulirnya
waktu, Bank Niaga dikenal sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas
sertaterpercaya.
Salah satu bukti
komitmen pelayanan Bank Niaga adalah dengan menawarkan layanan
melalui ATM di tahun 1987.
Bank Niaga menjadi
Bank pertama yang memberikan layanan
perbankan secara online di tahun 1991. Sebelumnya,
tepatnya pada tahun 1989, Bank Niaga sudah menjadi Perusahaan Terbuka di Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Dengan profesionalisme
yang tinggi, Bank CIMB Niaga akhirnya juga digunakan oleh Pemerintah Republik
Indonesia sebagai pemegang mayoritas saham saat terjadi krisis keuangan di
akhir tahun 1990-an. Cikal bakal Bank CIMB Niaga terjadi pada bulan November
2002 saat Asset-Holding Berhad atau CAHB yang saat ini dikenal dengan CIMB
Group Holdings Berhad atau CIMB Group Holdings mengakusisisaham mayoritas
Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional atau BPPN.
Kepemilikan saham berpindah di bulan Agustus 2007dengan platform universal
banking.
Secara terpisah,
Khazanah, pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings juga mengakusisi
kepemilikan mayoritas LippoBank. Keduanya resmi berpindah tangan ke CIMB Group
pada tanggal 28 Oktober 2008. Akhirnya pada bulan Mei 2008, nama Bank resmi
berubah menjadiBank CIMB Niaga. Selanjutnya, di bulan Juni 2008 terjadi
kesepakatan penggabungan Bank ini dengan LippoBank.
Secara legal,
LippoBank bergabung dengan CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 dengan
hadirnya pula logo baru. Penggabungan ini merupakan loncatan besar khususnya
untuk sektor perbankkan di Asia Tenggara. Pasalnya, sejak tahun 2007, Khasanah
telah mengusulkan mengenai penggabungan atau merger tersebut sebagai
jalan yang harus ditempuh. Hal ini harus dijalankan agar pihak Bank mampu
memenuhi kebijakan Single Presence Policy atau SPP yang sudah ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
·
BANK SWASTA ASING
1. BANK HSBC (Hongkong
and Shanghai Banking Corporation Limited)
Didirikan pada tahun
1865 untuk membiayai perdagangan yang sedang bertumbuh antara Eropa, India dan
Tiongkok. Pencetus gagasan di balik pendirian bank ini adalah Thomas
Sutherland, seorang Scotlandia yang saat itu bekerja untuk Peninsular and
Oriental Steam Navigation Company. Dia menyadari adanya kebutuhan yang cukup
besar akan fasilitas perbankan lokal di Hong Kong dan pesisir Tiongkok, dan dia
membantu mendirikan bank tersebut pertama kalinya di Hong Kong pada bulan Maret
tahun 1865 dan di Shanghai satu bulan kemudian.
Segera setelah
didirikan, bank ini mulai membuka kantor-kantor cabang untuk memperluas layanan
yang dapat diberikan kepada para nasabah. Sejak awal, pembiayaan perdagangan
merupakan bisnis unggulan bank ini baik lokal maupun internasional, kekuatan
yang telah diakui sepanjang sejarahnya. Pada akhir abad ke 19, bank ini menjadi
lembaga keuangan yang paling terkemuka di Asia.
Pada abad ke 20 bank
menghadapi tantangan dan perubahan, yang timbul karena konflik internasional
hingga Depresi Ekonomi Besar (Great Depression) pada tahun 1930-an. Menjelang
akhir abad tersebut, melalui pertumbuhan, akuisisi dan diversifikasi, HSBC
telah berubah dari bank regional yang penting menjadi salah satu lembaga
keuangan terkemuka di dunia.
HSBC mendirikan
sebuah perusahaan induk baru, HSBC Holdings plc, pada tahun 1991, dan berhasil
melakukan penawaran untuk mendapatkan kepemilikan penuh atas Midland Bank pada
tahun 1992. Dengan demikian, HSBC kemudian berkantor pusat di London. Pada
bulan November 1998, HSBC mengumumkan penggunaan merek yang seragam,
menggunakan HSBC dan simbol heksagon di mana pun bank ini beroperasi, tujuannya
adalah memperluas pengenalan dan pengakuan terhadap HSBC oleh nasabah, pemegang
saham, dan staf di seluruh dunia.
2. BANK NISP
Bank OCBC NISP
(sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP) merupakan bank tertua keempat di
Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV
Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Bank OCBC NISP kemudian
berkembang menjadi bank yang solid dan handal, terutama melayani segmen Usaha
Kecil dan Menengah (UKM). Bank OCBC NISP resmi menjadi bank komersial pada
tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 1994.
Pada akhir tahun
1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati krisis keuangan Asia dan jatuhnya
sektor perbankan di Indonesia, tanpa dukungan obligasi rekapitalisasi
pemerintah. Bank OCBC NISP pada saat itu menjadi salah satu bank di Indonesia
yang melanjutkan penyaluran kreditnya segera setelah krisis. Inisiatif ini
memungkinkan Bank mencatat pertumbuhan yang tinggi. Reputasi Bank OCBC NISP
yang baik di industrinya dan pertumbuhannya yang menjanjikan, telah menarik
perhatian International Finance Corporation (IFC), bagian dari Grup Bank Dunia,
yang kemudian menjadi pemegang saham pada tahun 2001 – 2010 dan dari OCBC
Bank-Singapura yang kemudian menjadi pemegang saham Bank OCBC NISP dan akhirnya
menjadi pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran
tender sejak tahun 2004. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham
sebesar 85.06% di Bank OCBC NISP.
Dengan dukungan dari
OCBC Bank-Singapura, Bank OCBC NISP telah menetapkan program yang agresif untuk
memperkuat infrastruktur, termasuk sumber daya manusia, teknologi informasi dan
jaringan kantor. Program ini yang kemudian memicu kepindahan kantor pusat ke
OCBC NISP Tower di pusat Jakarta, yang memungkinkan Bank OCBC NISP memiliki
akses langsung ke pusat bisnis di Indonesia.
Bank OCBC NISP saat
ini memiliki lebih dari 6.000 karyawan yang memiliki motivasi tinggi untuk
melayani nasabah di 408 kantor yang meliputi 88 kota di Indonesia.
Profil pemegang
saham pengendali: OCBC Bank Singapura merupakan bank lokal tertua di Singapura,
dengan jaringan, kantor perwakilan serta perusahaan afiliasi di 15 negara dan
teritori termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia, Cina, Hong Kong, Brunei,
Jepang, Australia, Inggris dan Amerika. Anak perusahaan OCBC Bank, Great
Eastern Holding, adalah grup asuransi terbesar di Singapura dan Malaysia dalam
hal aset dan pangsa pasar. Sedangkan anak perusahaan yang bergerak di bidang
manajemen aset, Lion Global Investors, adalah salah satu perusahaan manajemen
investasi swasta terbesar di Asia Tenggara.
3. BANK ABN AMRO
Sebuah bank Belanda yang
sejak tanggal 1 April 2010 dimiliki sepenuhnya
oleh Pemerintah Belanda.[4] Entitas ABN AMRO Bank NV saat ini
merupakan hasil pemisahan dari The Royal Bank of Scotland Group. Entitas
sebelumnya yang bernama sama merupakan hasil merger pada
tahun 1990-1991 antara Algemene Bank Nederland (ABN)
dan De Amsterdamsche-Rotterdamsche Bank (AMRO), yang sejarah awalnya
bermula dari pendirian Nederlandsche Handel-Maatschappij pada tahun1824.Antara
tahun 1991 dan 2007, ABN AMRO merupakan salah satu bank terbesar
di Eropa dan beroperasi di 63 negara di seluruhdunia.
Pada tanggal 17
Oktober 2007, ABN AMRO Holding NV, induk perusahaan ABN AMRO,
diakuisisioleh RFS Holdings BV, sebuah konsorsium bersama milik The Royal
Bank of Scotland Group(38%), Fortis (34%), dan Banco Santander (28%).
Beragam bisnisnya dibagi oleh 3 bank tersebut yang disesuaikan dengan prioritas
strategi masing-masing. Pada tanggal 3 Oktober 2008, Pemerintah
Belanda mengakuisisi Fortis Bank Nederland (Holding) NV, termasuk bagian
kepemilikan pada RFS Holdings BV yang juga mencakup bagian bisnis ABN AMRO yang
telah diakuisisi.
Selanjutnya, pada
tanggal 6 Februari 2010, bagian bisnis ABN AMRO yang dimiliki oleh
Pemerintah Belanda dipisahkan dari bagian yang dimiliki oleh RBS. ABN AMRO Bank
NV, entitas lama yang mencakup bagian keduanya, diubah namanya menjadi The
Royal Bank of Scotland NV, sementara bagian bisnis ABN AMRO milik Pemerintah
Belanda diakuisisi oleh entitas baru yang menggunakan nama lama ABN AMRO Bank
NV. Kedua entitas, The Royal Bank of Scotland NV dan ABN AMRO Bank NV,
mendapatkan lisensi terpisah dariBank Sentral Belanda dan untuk sementara
berada di bawah dan dikelola oleh manajemen ABN AMRO Holding NV.
Pada tanggal 1
April 2010, ABN AMRO Bank NV dialihkan ke sebuah induk perusahaan baru
yang dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Belanda, ABN AMRO Group NV. ABN AMRO
Group NV juga menjadi pemegang saham Pemerintah Belanda di Fortis Bank
(Nederland) NV. Pada saat yang sama, ABN AMRO Holding NV diubah namanya menjadi
RBS Holdings NV. Pengalihan kepada ABN AMRO Group NV ini menandai selesainya
proses pemisahan ABN AMRO dan RBS.
Pada tanggal 15
April 2010, manajemen ABN AMRO Bank NV, Fortis Bank (Nederland) NV and ABN
AMRO Group NV mengajukan proposal merger kepadaAmsterdam Chamber of Commerce,
di mana Fortis Bank (Nederland) NV akan menggabungkan diri ke dalam ABN AMRO
Bank NV. Proposal ini merupakan langkah formal sebagai bagian dari merger
secara hukum yang direncanakan akan selesai pada paruh kedua 2010.
·
BANK KOPERASI
1. BANK BUKOPIN
Bank Bukopin
didirikan pada tanggal 1 Juli 1970, sebelumnya dikenal
sebagai Bank Umum Koperasi Indonesia. Pada 1989, perusahaan berganti nama
menjadi Bank Bukopin. Selanjutnya, pada 1993 status perusahaan berubah
menjadi perseroan terbatas.
Bank Bukopin
menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang
menjadi bank yang masuk ke kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset.
Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani
kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya
ke segmen komersial dan konsumer.
Ketiga segmen ini
merupakan pilar bisnis Bank Bukopin, dengan pelayanan secara konvensional
maupun syariah, yang didukung oleh sistem pengelolaan dana yang optimal,
kehandalan teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia dan praktek tata
kelola perusahaan yang baik. Landasan ini memungkinkan Bank Bukopin melangkah
maju dan menempatkannya sebagai suatu bank yang kredibel.
Berkantor pusat di
Gedung Bank Bukopin, Jl MT Haryono Kav 50-51 Jakarta Selatan, operasional Bank
Bukopin kini didukung oleh lebih dari 425 outlet yang tersebar di 22 provinsi
di seluruh Indonesia yang terhubung secara real time online. Bank Bukopin juga
telah membangun jaringan micro-banking yang diberi nama “Swamitra”, yang kini
berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan
lembaga keuangan mikro.
Dengan struktur
permodalan yang semakin kokoh sebagai hasil pelaksanaan Initial Public Offering
(IPO) pada bulan Juli 2006, Bank Bukopin terus mengembangkan program
operasionalnya dengan menerapkan skala prioritas sesuai strategi jangka pendek
yang telah disusun dengan matang. Penerapan strategi tersebut ditujukan untuk
menjamin dipenuhinya layanan perbankan yang komprehensif kepada nasabah melalui
jaringan yang terhubung secara nasional maupun internasional, produk yang
beragam serta mutu pelayanan dengan standar yang tinggi. Keseluruhan kegiatan
dan program yang dilaksanakan pada akhirnya berujung pada sasaran terciptanya
citra Bank Bukopin sebagai lembaga perbankan yang terpercaya dengan struktur
keuangan yang kokoh, sehat dan efisien. Keberhasilan membangun kepercayaan
tersebut akan mampu membuat Bank Bukopin tetap tumbuh memberi hasil terbaik
secara berkelanjutan.
·
BANK CAMPURAN
1. BANK ARTHA GRAHA
INTERNASIONAL
Berkedudukan di
Jakarta Selatan, semula didirikan dengan nama PT. Inter-Pacific Financial
Corporation berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 7 September 1973, dibuat
dihadapan Bagijo, S.H., pengganti dari Eliza Pondaag, S.H., Notaris di Jakarta,
dengan ruang lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, dan Akta
tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975, serta telah diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975 Tambahan Nomor
47.
Pada tanggal 10 Juli
1990, PT. Inter-Pacific Financial Corporation mencatatkan sahamnya pada Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Berdasarkan Akta
Nomor 67 tanggal 19 Mei 1992, dibuat dihadapan Adam Kasdarmadji, S.H., Notaris
di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 10
tanggal 2 Februari 1993 Tambahan Nomor 591, PT. Inter-Pacific Financial
Corporation berubah nama menjadi PT. Inter-Pacific Bank. Pada tanggal 24
Februari 1993, PT. Inter-Pacific Bank mendapatkan izin usaha sebagai bank
umum dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
176/KMK.017/1993.
Berdasarkan Akta
Nomor 44 tanggal 13 Juni 1997 juncto Akta Nomor 8 tanggal 15 Januari 1998,
keduanya dibuat dihadapan Sri Nanning, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 70 tanggal 1 September
1998 Tambahan Nomor 5056, PT. Inter-Pacific Bank berubah nama menjadi PT. Bank
Inter-Pacific, Tbk.
Pada tanggal 9 April
1999, PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. Mengajukan permohonan pembatalan pencatatan
(delisting) saham di Bursa Efek Surabaya, dan pada tanggal 19 April 1999, Bursa
Efek Surabaya memberikan persetujuan atas permohonan pembatalan pencatatan
tersebut.
Pada tanggal 14
April 2005, PT . Bank Inter-Pacific, Tbk. Telah menandatangani Akta
Penggabungan Nomor 17, dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta,
dimana PT. Bank Artha Graha menggabungkan diri kedalam PT. Bank Inter-Pacific,
Tbk. Penggabungan tersebut telah mendapat izin dari Bank Indonesia dengan
Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/32/KEP.GBI/2005 tanggal 15 Juni 2005,
dan berlaku efektif pada tanggal 11 Juli 2005.
Berdasarkan Akta
Nomor 27 tanggal 12 Juli 2005, dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., Notaris di
Jakarta, dan telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia dengan Keputusan
Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/49/KEP.GBI/2005 tanggal 16 Agustus 2005, PT.
Bank Inter-Pacific, Tbk. berganti nama menjadi PT. Bank Artha Graha
Internasional, Tbk. Perubahan tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 101 tangal 19 Desember 2006 Tambahan Nomor 13128.
Perjalanan PT.
Bank Artha Graha Internasional, Tbk. berbekal pada kepercayaan
stakeholders dengan mempersembahkan value added, cultural capital, dan goodwill
untuk peningkatan sosial ekonomi masyarakat. PT. Bank Artha Graha
Internasional, Tbk.berkomitmen untuk menjadi lembaga keuangan yang terkemuka
dan selalu menghasilkan yang terbaik dengan memberikan layanan prima untuk
mewujudkan kepedulian terhadap kemanusiaan, sosial dan budaya.
2. BANK AGRIS FICONESIA
PT Bank Agris Tbk
berkedudukan di Jakarta, didirikan pada tahun 1973, pada awalnya bernama PT.
Finconesia yang merupakan Lembaga Keuangan. Pada saat itu para pemegang
sahamnya adalah : (i). Bank Negara Indonesia 1946; (ii). The Nomura Securities
Co Ltd (iii). Barclays Bank International Limited; (iv). Manufacturers Hanover
International Finance Corporation (v). The Mitsui Bank Ltd; (vi) Banque
Francaise Du Commerce Exterieur dan (vii). Commerzbank Aktiengesellschaft. Pada
tahun 1993, PT. Finconesia yang semula ijin usahanya merupakan lembaga
keuangan, disetujui dan berubah menjadi Bank Umum dengan nama PT. Bank
Finconesia berdasarkan Surat Keputusan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
dengan Nomor 442/KMK.017/1993 tertanggal 9 Maret 1993.
Pada tahun 2007, PT
Dian Intan Perkasa membeli saham PT Bank Finconesia dari kepemilikan
Commerzbank Aktiengesellschaft sebesar 51% dan PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk sebesar 48,51%, sehingga kepemilikan total PT. Dian Intan Perkasa
menjadi sebesar 99.51% Saham. PT. Bank Finconesia merubah nama menjadi PT Bank
Agris berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 10/61/KEP.GBI/2008
tanggal 5 September 2008. Sedangkan kepemilikan PT. Pertiwi Indonesia sebesar
0,49% di PT. Bank Agris dimulai pada tanggal bulan Februari tahun 2011.
Kepemilikan tersebut berasal dari pembelian atas seluruh saham yang dimiliki
oleh JP Morgan International Inc pada PT. Bank Agris. Selanjutnya kepemilikan
ini dialihkan kepada Bapak Benjamin Jiaravanon pada tahun 2012.
Pada tahun 2013, PT
Dian Intan Perkasa melakukan penambahan modal sehingga komposisi kepemilikan
saham menjadi : (i) PT Dian Intan Perkasa sebesar 99.66%. (ii) Bapak Benjamin
Jiaravanon sebesar 0.34%. Pada bulan Desember 2014, PT Bank Agris telah
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering / IPO) dan
telah dilakukan pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian PT
Bank Agris telah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT Bank Agris Tbk.
Pada bulan Desember
tahun 2015, PT Bank Agris Tbk telah melakukan penambahan modal melalui
Penawaran Umum Terbatas I (Right Issue) dan telah dilakukan pencatatan efek di
Bursa Efek Indonesia.
·
BANK PEMBANGUNAN DAERAH
Macam-macam bank
pembangunan daerah :
Bank BPD Aceh (Banda Aceh)
Bank Sumut (Medan)
Bank Nagari (Padang)
Bank Riau Kepri (Pekanbaru), dahulu dikenal sebagai Bank Riau
Bank Jambi (Jambi)
Bank Bengkulu (Kota Bengkulu)
Bank Sumsel Babel (Palembang), dahulu dikenal sebagai Bank Sumsel
Bank Lampung (Bandar Lampung)
Bank DKI (Jakarta)
Bank BJB (Bandung), dahulu dikenal sebagai Bank Jabar atau Bank Jabar
Banten atau BPD Jawa Barat.
Bank Jateng (Semarang)
Bank BPD DIY (Yogyakarta)
Bank Jatim (Surabaya)
Bank Kalbar (Pontianak)
Bank Kalteng (Palangka Raya)
Bank Kalsel (Banjarmasin)
Bank Kaltim (Samarinda)
Bank Sulsel (Makassar)
Bank Sultra (Kendari)
Bank BPD Sulteng (Palu)
Bank Sulut (Manado)
Bank BPD Bali (Denpasar)
Bank NTB (Mataram)
Bank NTT (Kupang)
Bank Maluku (Ambon)
Bank Papua (Jayapura), dahulu dikenal sebagai BPD Irian Jaya
PENULIS
DIMAS UZAR IKHWANSYAH
(HUKUM EKONOMI SYARIAH)